berikut foto-foto dalam acara ibadah perayaan natal.
aksi sekolah minggu
pujian jemaat
aksi penari rebana
"Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus,
bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya,
supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya" (2 Korintus 8:9).
Ada yang bilang, hari raya terbesar umat Kristen bukanlah Natal, tapi
Paskah. Coba, mana yang lebih penting, kelahiran-Nya atau kebangkitan-
Nya?
Jawaban saya, keduanya sama-sama penting! Memang, Natal tidak ada
artinya tanpa Paskah. Namun, ingat, Paskah juga tidak mungkin terjadi
tanpa Natal!
Natal dan Paskah. Keduanya sama-sama penting. Di antara keduanyalah
Kristus berjalan di dunia. Dan keseluruhan hidup-Nya, yang terbentang
di antara keduanya, dapat dipandang sebagai satu peristiwa tunggal.
"One single event". Itulah yang disebut inkarnasi -- Anak Allah
menjadi anak manusia.
Kalau bagi Kristus ada kelahiran dan kebangkitan, maka bagi orang
percaya tersedia kelahiran kembali dan kebangkitan tubuh. Di antara
keduanya juga kehidupan kita sedang berlangsung. Dari kelahiran
kembali sampai kebangkitan tubuh. Dan keseluruhan hidup kita, yang
terbentang di antara keduanya, seharusnya dijiwai oleh semangat
Kristus. Semangat inkarnasi. Semangat Natal. Apakah itu?
Rasul Paulus menyerukannya dalam 2 Korintus 8:9, "... Ia, yang oleh
karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi
kaya oleh karena kemiskinan-Nya". Semangat memiskinkan diri sendiri,
supaya yang lain menjadi kaya. Apa artinya?
Ada beberapa kesejajaran yang menakjubkan antara ayat ini dan Kidung
Kristologis yang terkenal dalam Filipi 2:6-8. Tentang Kristus, "yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah
itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia
telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di
kayu salib". Hal "kaya" sejajar dengan hal "dalam rupa Allah".
Sedangkan hal "menjadi miskin" sejajar dengan hal "mengosongkan diri"
dan "merendahkan diri".
Bagi Kristus, "kaya" berarti "dalam rupa Allah". Itulah hakikat Yesus
yang sesungguhnya. Terjemahan lain untuk "dalam rupa Allah" adalah
"dalam hakikat (Yunani=morphe) Allah". Yesus adalah Pribadi yang
seratus persen sehakikat dan setara dengan Allah. Apakah Allah
Mahatahu? Yesus juga. Apakah Allah Mahakuasa? Yesus juga. Apakah Allah
Mahahadir? Yesus juga. Apakah Allah kekal? Yesus juga.
Sungguh, yang lahir di kandang binatang sekitar dua ribu tahun yang
lalu adalah Allah sendiri! Bagi Kristus, "menjadi miskin" berarti
"mengosongkan diri" dan "merendahkan diri". Ungkapan-ungkapan ini
menyatakan penyerahan dan perendahan diri Kristus yang tidak
tanggung-tanggung. Habis-habisan!
Ungkapan "mengosongkan diri" berasal dari kata Yunani, "kenoo", yang
juga berarti "menuang" atau "mencurahkan" (to pour out). "Mencurahkan
diri" merupakan ungkapan puitis kuno bagi penyerahan diri sepenuhnya
dari seseorang demi kepentingan orang lain. Yesus "mengosongkan
diri-Nya", itu berarti Ia menyerahkan diri-Nya", sepenuhnya demi
kepentingan orang lain. Ia mengabdikan seluruh hidup-Nya kepada
sesama-Nya. Sampai tetes keringat terakhir. Sampai tetes darah
terakhir. Sampai tarikan napas terakhir.
Dalam Markus 10:45, Tuhan Yesus sendiri berkata, "... Anak Manusia
juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang".
Sedangkan hal "merendahkan diri" yang Kristus lakukan berarti
"merendahkan diri sampai titik yang paling rendah". Rasul Paulus
berkata, "Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan
sampai mati di kayu salib" (Filipi 2:8). Terjemahan yang lebih tepat
adalah: "Ia telah merendahkan diri-Nya dengan menjadi taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib". Itulah klimaks perendahan
diri-Nya.
Kristus melampaui semua manusia, melampaui semua malaikat, namun
demikian Ia pernah menjadi lebih rendah ketimbang keduanya. Mengapa?
Karena Ia pernah menjalani kelahiran dan kematian yang paling hina.
Adakah kelahiran yang lebih hina ketimbang kelahiran di kandang
binatang? Yang lahir di kandang binatang adalah binatang. Tetapi
Kristus memilih untuk lahir di sana. Adakah kematian yang lebih hina
ketimbang kematian yang terjadi di kayu salib? Konon, setiap orang
yang disalibkan ditelanjangi bulat-bulat. Betapa memalukan! Yang mati
dengan cara demikian cuma penjahat dan sampah masyarakat! Namun,
Kristus memilih untuk mati dengan cara demikian. Sungguh, dasar
kehinaan benar-benar telah diselami-Nya!
Untuk apa Kristus melakukan semua itu? "Supaya kamu menjadi kaya oleh
karena kemiskinan-Nya". Itulah tujuan inkarnasi, yang membawa Anak
Allah dari surga ke Betlehem, dari Betlehem ke Golgota, dan dari
Golgota kembali ke surga. "Supaya kamu menjadi kaya".
Kekayaan macam apa yang diberikan Kristus kepada manusia yang
dikasihi-Nya? Bukan kekayaan materi, tapi rohani. Tentang tujuan
kedatangan-Nya, Kristus berkata, Aku datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10:10). Dan
tentang hidup, Ia berkata, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa
mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal
Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (Yohanes 17:3). Manusia, akibat
dosa, menjadi miskin rohani. Tidak mengenal Sang Pencipta. Ditindas
dosa. Tiada pengharapan. Binasa. Kristus datang untuk mengubah
realitas ini!
Inilah semangat inkarnasi. Semangat Natal. Mengabdikan seluruh hidup
kepada sesama, melayani mereka sampai titik yang paling rendah, supaya
melalui pengabdian dan pelayanan itu, mereka boleh mengambil bagian
dalam kekayaan anak-anak Allah -- mengenal Sang Pencipta, menang atas
dosa, berpengharapan, dan beroleh hidup yang kekal. Sudahkah semangat
itu hidup di hatimu?
Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Harta Karun Natal
Penulis: Erick Sudharma, dkk.
Penerbit: Penerbit Mitra Pustaka & Literatur Perkantas Jawa Barat, Bandung 2005